Senin, 25 Juli 2011

Mobile Photography, Saat Waktu Mudah Untuk Dihentikan

Jum'at malam tanggal 22 Juli 2011. Saya mengikuti sebuah acara di Semarang *ya iyalah wong saya orang Semarang coba kalo acaranya di luar kota mungkin saya mikir 2 kali, hoho*. Acara yang rutin diadakan minimal 1 bulan sekali di HS premiere.Sebuah event dari RoTI FreSH (Return Of Tukar Ilmu Freedom of sharing, dan untuk berangkat ke Santika saya jalan kaki bareng temen-temen dari Internet Club, deket sih cuma dari kampus Mugas, masih sama-sama di daerah Pandanaran. Enak, manteblah pokoknya, siapa tahu kecantol sama cowok ganteng *ketahuan kalo jomblo*

Sudah sampe di tempat tujuan masih keringetan langsung ambil kopi item biar gak ngantuk trus nongkrong di deretan kursi paling depan. Gak tahu deh kalo temen-temen yang dibelakang kecium bau aneh, tapi saya yakin masih wangi kok *PD gak aturan*.
Kali ini tema yang diangkat adalah mobile photography, intinya adalah memaksimalkan fungsi gadget kita sebagai alat fotografi for shoot a best moment. Hasil jepretan gak jauh beda dengan kamera DSLR, dan tips dari om bababdito bahwa hasil dari jepretan dari gadget kita adalah pada siang hari, dimana pencahayaannya cukup memadai.

Pembicara pertama adalah mas hyudee. Dalam sesi ini mas hyudee menjelaskan tentang angle dalam memotret. Normal, high, lo, bird eye, dan frog eye. Dalam memotret dengan HP-pun kita perlu memperhatikan background, pencahayaan dan angle. Serta 1 hal lagi yang memang tak kalah penting, a great moment.

Pembicara kedua yang dihadirkan adalah mas uje, di awal presentasi mas uje menuturkan bahwa kamera terbaik adalah mata, mungkin semakin mirip hasil foto kita dengan apa yang dilihat oleh mata berarti semakin baik :P *sok tahu trus ditoyor*. Kemudian bercerita tentang bagaimana dia dapat memaksimalkan fitur-fitur yang ada pada iphone untuk menghasilkan gambar yang menarik serta menemukan beberapa moment bagus secara tidak sengaja.


Pembicara terakhir yang dihadirkan adalah mas bababdito, pada bagian awal mas babab menampilkan sekian banyak jenis hasil jepretan foto dari berbagai alat yang yang digunakan, dan audience diminta untuk menebak gambar mana yang diambil dari kamera DSLR. Mengejutkan hanya ada satu peserta yang mampu menebak dengan benar satu dari 2 foto yang memang diambil dari kamera yang DSLR. Ini membuktikan bahwa gadget yang kita miliki dapat dioptimalkan sehingga memperoleh hasil yang jika dibandingkan dengan kamera DSLR tidak jauh berbeda.

Nah teruss, satu sisi dari fotografi waktu dapat berhenti saat gambar diambil, dia akan abadi. Satu misal gambar yang diambil saat saya masih kecil, masih menggunakan kamera analog yang butuh roll film. *ngaku aja kalo adek kecil yang ada dibawah ini imut banget* apalagi kalo pas ketemu moment yang bagus, moment yang menarik. Cepret, dia akan ada terus ada.



Sekarang udah buanyak kamera ditanamkan pada gadget-gadget yang hampir harus kita bawa kemana-mana setiap hari *ini kamera atau pohon toge sih??* Jadi makin gampanglah kita untuk mengambil dan mengabadikan sebuah moment, peristiwa atau kejadian. Lagi jalan-jalan lihat preman bentrok tinggal cepret (saran: ambil gambarnya sambil candit ya, takutnya kalo premannya gak terima). Lagi galau lihat sunset tinggal cepret, asal jangan galaunya yang jadi abadi :|. Lagi sepedaan lihat cowok ganteng #eeaaa bisa deh tuh minta photo bareng *norak*.

Ini salah satu yang saya ambil waktu nganter adek berangkat sekolah. Crowdednya kota Semarang di pagi hari.

atau gambar yang saya ambil dari salah satu jalan di perumahan daerah rumah saya, padahal ini pagi hari lhoo, sepinyaa...

Dengan mudahnya sekarang kita mengambil gambar dan hasilnya juga bisa langsung dilihat. Gak perlu repot nyiapin roll film, gak perlu ribet buat nyetak foto.Yups, saat waktu semakin mudah untuk dihentikan :)

Senin, 11 Juli 2011

Reflection

Hmm, lama saya gak nulis blog lagi. Okey, let it flow. Ijinkan saya bercerita :)


Jika ingin diperlakukan seperti apa kamu, perlakukanlah orang lain seperti kamu ingin diperlakukan. Sepertinya itu tema saya hari ini. Kalau gak mau dicubit yaudah gak usah nyubit,


trus gimana kalo kamu dulu yang dicubit? anggap saja orang yang nyubit kamu sedang khilaf, dan jika suatu saat saya yang sedang khilaf pastinya ingin disadarkan dan dimaafkan atas semua perbuatan saya.

Hidup dan berinteraksi dengan lingkungan sosial, bertemu dan berteman dengan banyak orang dengan latar belakang dan karakter yang berbeda pula.*ngomyang sendiri*

Mungkin saya pernah berbuat sengaja ataupun ngak sengaja, sadar ataupun tidak sadar kita ngomong yang membuat orang lain merasa tersinggung, atau sebaliknya malah saya yang merasa tidak nyaman atas apa yang orang bicarakan tentang saya. Semua itu biasa awlau kadang sulit untuk diterima.

Saya nulis hal ini bukan karena saya ingin menggurui, dendam atau meminta pembenaran atas apa yang saya alami dan apa yang saya lakukan.

Tapi jika saya nanti membaca tulisan ini lagi, saya jadi inget lagi.

Waduh gawat saya kok ngerasa tulisan ini kayak tulisan ABG yang lagi labil yak???